Selasa, 05 Mei 2015

Bulutangkis, Berprestasi Tapi Miskin Apresiasi

Nama : Amallia Rahmi

NIM    : 310112022124


Atlet-atlet yang menjuarai All England 2014



Media di Indonesia dan pemerintah  sekarang ini lebih memperhatikan sepakbola dibanding bulutangkis. Lihat saja euforia dan gaung saat pasangan Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad menjadi juara nomor ganda campuran di gelaran All England 2012,2013,dan 2014.

Akan tetapi  gaung kemenangan dan euforianya malah kalah jauh dibandingkan saat timnas sepakbola Indonesia berhasil masuk ke final Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011. Perlu diperhatikan, euforia sebesar itu baru berupa keberhasilan masuk ke final, belum jika berhasil menggondol trofi.

 Padahal fakta sejarah membuktikan bahwa berkat bulutangkislah nama bangsa ini bisa harum di dunia internasional. Satu-satunya penyumbang medali emas terbanyak di ajang olimpiade adalah cabang bulutangkis, yang mulai dirintis oleh Susi Susanti dan Alan Budikusuma pada olimpiade Barcelona 1992 dan terus dipertahankan hingga olimpiade 2008 oleh pasangan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan. 

Jika saat ini bulutangkis tidak lagi sepopuler dulu, media punya andil di balik itu. Fokus media yang lebih terarah ke sepakbola menyebabkan pemberitaan mengenai bulutangkis menjadi berkurang.. Tayangan pertandingan bulutangkis di televisi swasta (non berbayar) tak lagi sebanyak dulu. Seharusnya dengan media dapat membangkitkan kembali bulutangkis, dengan cara memberi porsi lebih untuk pemberitaan, serta penayangan pertandingan.

Tentu hal ini mempengaruhi masyarakat, mereka kemudian menjadi berpikir tentang sepakbola, sepakbola, dan sepakbola. Olahraga lain, karena jarang dibahas oleh media, menjadi anak tiri di negeri sendiri, meskipun punya banyak prestasi. Salah satu yang controversial adalah saat Budiarto Shambazy mengomentari keberhasilan timnas sepakbola Indonesia masuk ke final SEA Games 2011, inti pernyataannya saat itu adalah,
“Tidak mendapat emas di cabang lain tidak apa-apa, asal dapat emas di sepakbola.”
Sungguh, jika kita sebagai  atlet, perasaan kita  pasti bakal campur aduk : sedih, marah, kecewa. Kerja keras selama masa latihan dan bertanding tidak dihargai, sama sekali. Karena hanya sepakbola lah yang selalu di utamakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar